Pendahuluan
Aqidah merupakan pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Segala amal ibadah dan perbuatan akan bernilai di sisi Allah apabila dilandasi dengan aqidah yang benar. Namun, dalam perjalanan sejarah Islam, muncul berbagai pemikiran dan aliran yang menyebabkan penyimpangan dalam aqidah. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami perbedaan antara aqidah yang benar dan aqidah yang menyimpang agar tidak terjerumus dalam kesesatan.
Makna Aqidah yang Benar
Aqidah yang benar adalah keyakinan yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ serta pemahaman para sahabat. Aqidah ini mengajarkan keesaan Allah (tauhid), yaitu meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Selain itu, aqidah yang benar juga mencakup keimanan terhadap malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk. Dengan demikian, aqidah ini mengikat hati seorang Muslim agar senantiasa tunduk dan taat kepada Allah SWT dalam segala urusan hidupnya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 36:
“Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul (untuk menyerukan): Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut.”
Ayat ini menegaskan bahwa aqidah yang benar harus berpusat pada tauhid dan penolakan terhadap segala bentuk kesyirikan.
Ciri-Ciri Aqidah yang Benar
Untuk memahami aqidah yang lurus, berikut beberapa ciri yang dapat menjadi pedoman:
-
Bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Aqidah yang benar tidak bersandar pada logika semata atau tradisi, melainkan berasal dari wahyu Allah. -
Mengajarkan Tauhid Secara Murni.
Seorang Muslim hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan makhluk apa pun. -
Menumbuhkan Akhlak dan Amal Saleh.
Aqidah yang benar membimbing manusia agar berbuat baik, jujur, dan amanah dalam kehidupannya. -
Tidak Bertentangan dengan Fitrah Manusia.
Keyakinan kepada Allah sebagai Pencipta sejalan dengan naluri manusia yang mencari kebenaran.
Makna Aqidah yang Menyimpang
Sebaliknya, aqidah yang menyimpang adalah keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ. Aqidah ini muncul akibat pengaruh hawa nafsu, taklid buta, atau pemikiran yang tidak berdasarkan dalil syar’i.
Penyimpangan aqidah bisa berbentuk pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah, penolakan terhadap takdir, atau bahkan penyembahan kepada selain Allah. Akibatnya, seseorang yang mengikuti aqidah semacam ini akan kehilangan arah dan bisa terjerumus dalam kesyirikan.
Contoh Aqidah yang Menyimpang
Beberapa bentuk aqidah yang menyimpang di antaranya:
-
Syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk dalam ibadah. Misalnya, meminta pertolongan kepada arwah atau benda keramat.
-
Khurafat dan Takhayul, mempercayai hal-hal gaib tanpa dasar wahyu, seperti ramalan atau jimat.
-
Menolak Takdir Allah, tidak menerima ketetapan Allah dan menganggap segalanya terjadi karena usaha manusia semata.
-
Mengagungkan Selain Allah, seperti berlebihan memuja tokoh atau benda hingga melampaui batas syariat.
Penyimpangan ini berbahaya karena dapat menghapus keimanan seseorang dan menjauhkan dari rahmat Allah.
Cara Menjaga Aqidah agar Tetap Benar
Untuk terhindar dari penyimpangan, seorang Muslim hendaknya:
-
Mempelajari ilmu tauhid secara mendalam dari sumber-sumber yang sahih.
-
Mengikuti pemahaman para sahabat dan ulama salaf, karena mereka adalah generasi terbaik yang memahami Islam secara murni.
-
Menjauhi majelis dan ajaran yang meragukan, serta memperbanyak doa agar Allah meneguhkan hati di atas iman.
-
Mengamalkan ibadah dengan niat ikhlas, sebab keikhlasan adalah bukti kebenaran aqidah.
Dengan demikian, aqidah yang benar dapat tumbuh kuat dalam diri seorang Muslim dan menjadi pelita dalam kehidupannya.
Penutup
Aqidah yang benar adalah fondasi utama yang menuntun seorang Muslim menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, aqidah yang menyimpang akan menjerumuskannya ke dalam kesesatan dan murka Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim harus senantiasa menjaga kemurnian aqidahnya dengan belajar, beramal, dan berpegang teguh pada petunjuk Al-Qur’an serta sunnah Rasulullah ﷺ.






