Siapa Dr. Ryu Hasan
Dr. Ryu Hasan adalah seorang dokter spesialis bedah saraf sekaligus cucu dari salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Ia dikenal menguasai beberapa bahasa asing dan memiliki latar belakang akademik yang kuat. Dengan kapasitas keilmuan tersebut, Dr. Ryu sering menyampaikan pandangan tentang agama, ilmu pengetahuan, serta kehidupan modern yang kerap menuai perhatian publik.
Beberapa Pandangan yang Disampaikan
-
Keraguan terhadap usia nabi ribuan tahun
Ia menyebut kisah tentang nabi yang hidup hingga ribuan tahun dianggap tidak logis secara ilmiah. Menurutnya, usia manusia tidak pernah terbukti melampaui batas wajar seperti yang tercatat dalam kisah Nabi Nuh AS. -
Uang dan kebahagiaan
Dr. Ryu menekankan bahwa uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan jika jumlahnya sedikit. Namun, jika cukup atau berlimpah, uang dapat membantu seseorang memenuhi kebutuhan dasar, mengurangi tekanan hidup, dan membuka ruang untuk hal-hal yang membuat hidup lebih bermakna. -
Orientasi seksual dan neurologi
Ia pernah menyinggung bahwa orientasi seksual bisa dipahami dari perspektif neurologi. Pandangan ini mengundang perdebatan karena dianggap menyederhanakan masalah yang kompleks, khususnya jika ditinjau dari ajaran Islam. -
Berpikir bebas dan kritis
Dr. Ryu menekankan pentingnya berpikir kritis, termasuk mempertanyakan tradisi atau keyakinan agar tidak hanya menerima secara dogmatis. Baginya, akal adalah alat penting dalam memahami realitas kehidupan.
Kritik dan Kontroversi
Pandangan-pandangan tersebut memunculkan beragam tanggapan. Sebagian menilai pendekatan rasionalnya memberi warna baru, tetapi banyak pula yang menganggapnya menabrak batas keyakinan agama. Ungkapan yang terlalu tegas, seperti menyebut sebuah kisah sebagai “bohong,” sering dianggap tidak menghormati keyakinan umat.
Tinjauan Islam terhadap Pandangannya
-
Iman dan akidah
Islam menekankan pentingnya menjaga keyakinan terhadap wahyu. Kisah para nabi, mukjizat, dan peristiwa besar dalam Al-Qur’an termasuk bagian dari iman yang tidak bisa hanya diukur dengan logika ilmiah. -
Metode tafsir
Beberapa kisah dalam Al-Qur’an bisa dipahami secara tekstual maupun simbolis. Para ulama telah membahasnya secara mendalam, sehingga butuh kehati-hatian dalam menafsirkan agar tidak menyalahi pemahaman yang sudah mapan. -
Akal dan ilmu pengetahuan
Islam tidak menolak akal dan ilmu pengetahuan. Namun, penggunaannya tetap harus berada dalam koridor syariat. Perpaduan antara iman dan akal inilah yang menjaga keseimbangan seorang Muslim.
Kesimpulan
Pandangan Dr. Ryu Hasan mencerminkan keinginannya mengedepankan rasionalitas dan ilmu pengetahuan dalam menilai berbagai persoalan, termasuk isu-isu keagamaan. Namun, dalam perspektif Islam, iman kepada wahyu dan ketaatan pada ajaran ulama tetap menjadi landasan utama. Tantangan terbesar adalah bagaimana menggabungkan kekuatan akal dengan keteguhan iman agar tidak terjebak pada sikap ekstrem, baik terlalu rasional maupun terlalu dogmatis.






