Pendahuluan
Rasulullah ﷺ dikenal bukan hanya sebagai pemimpin yang bijaksana, tetapi juga sebagai teladan utama dalam bersikap terbuka terhadap pendapat orang lain. Dalam setiap keputusan penting, beliau tidak pernah bersikap otoriter, melainkan selalu mengedepankan musyawarah dan menghargai pandangan sahabatnya. Sikap ini menjadi contoh nyata bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai keterbukaan, kebijaksanaan, dan penghargaan terhadap perbedaan pendapat.
Rasulullah ﷺ dan Prinsip Musyawarah
Salah satu ciri utama kepemimpinan Rasulullah ﷺ adalah kebiasaannya bermusyawarah sebelum mengambil keputusan. Allah SWT bahkan memerintahkan beliau untuk melakukannya dalam Al-Qur’an:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.”
(QS. Ali Imran: 159)
Ayat ini menunjukkan bahwa musyawarah adalah bagian dari akhlak mulia yang menjadi pondasi kepemimpinan Islam. Rasulullah ﷺ tidak menganggap pendapatnya mutlak benar, melainkan memberi ruang bagi sahabat untuk menyampaikan pandangan dan saran mereka.
Contoh Rasulullah ﷺ dalam Menerima Pendapat
-
Perang Badar
Saat perang Badar, Rasulullah ﷺ memilih tempat untuk pasukan Muslim. Salah seorang sahabat, Al-Hubab bin Al-Mundzir, bertanya apakah posisi tersebut berdasarkan wahyu atau pendapat pribadi. Rasul menjawab bahwa itu pendapatnya. Sahabat itu kemudian menyarankan posisi yang lebih strategis. Rasulullah ﷺ dengan lapang dada menerima saran tersebut tanpa merasa tersinggung. -
Perang Uhud
Dalam perang Uhud, Rasulullah ﷺ awalnya berpendapat untuk bertahan di Madinah. Namun, mayoritas sahabat muda mengusulkan untuk keluar dan menghadapi musuh di luar kota. Rasulullah ﷺ menerima pendapat mereka, menunjukkan bahwa beliau menghargai suara mayoritas meskipun berbeda dari pandangannya sendiri. -
Peristiwa Perjanjian Hudaibiyah
Saat sebagian sahabat merasa berat menerima isi perjanjian yang tampak merugikan umat Islam, Rasulullah ﷺ dengan sabar mendengarkan kegelisahan mereka. Beliau menjelaskan hikmah di balik keputusan itu dan tetap menghormati pendapat sahabat yang belum memahami kebijaksanaannya.
Nilai Akhlak yang Dapat Diteladani
-
Rendah Hati (Tawadhu’)
Rasulullah ﷺ tidak merasa paling benar. Beliau memberi contoh bahwa pemimpin sejati adalah yang mau mendengar, bukan hanya didengar. -
Sabar dan Bijak
Dalam menghadapi perbedaan pendapat, beliau tidak marah atau menyinggung orang lain. Rasul mendengarkan dengan sabar dan memberi penjelasan dengan penuh hikmah. -
Menghargai Ilmu dan Pengalaman Orang Lain
Rasulullah ﷺ menghargai pendapat sahabat berdasarkan pengalaman mereka, terutama dalam urusan duniawi seperti strategi perang atau pertanian. -
Tidak Memaksakan Pendapat
Rasulullah ﷺ memberi ruang kebebasan berpikir selama tidak bertentangan dengan wahyu. Ini menunjukkan bahwa Islam menghargai kebebasan berpendapat dalam batas syariat.
Relevansi untuk Kehidupan Modern
Akhlak Rasulullah ﷺ dalam menerima pendapat orang lain sangat relevan di masa kini. Dalam dunia yang penuh perbedaan pandangan, kita dituntut untuk meneladani sifat beliau—mendengar sebelum menilai, menghormati sebelum membantah, dan memahami sebelum memutuskan.
Sikap terbuka seperti ini akan melahirkan masyarakat yang saling menghormati dan menjauhkan dari fanatisme buta.
Kesimpulan
Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam hal akhlak bermusyawarah dan menghargai pendapat orang lain. Beliau selalu menempatkan kebijaksanaan, kelembutan hati, dan rasa hormat di atas ego pribadi. Dari beliau, kita belajar bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk berpecah, melainkan kesempatan untuk saling melengkapi dan mencari kebenaran bersama.






