Pendahuluan
Perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ adalah kisah perjuangan luar biasa yang penuh pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan dalam menegakkan agama Allah. Dimulai dari kota Mekah, tempat kelahiran beliau, hingga ke Madinah yang menjadi pusat kejayaan Islam, perjalanan ini menjadi teladan abadi bagi setiap Muslim dalam menghadapi tantangan dakwah dan perjuangan hidup. Melalui keteguhan iman dan kebijaksanaan beliau, Islam berkembang dari lingkup kecil menjadi peradaban besar yang mengubah wajah dunia.
Awal Dakwah di Mekah: Seruan kepada Tauhid
Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah ﷺ memulai dakwahnya secara diam-diam di kalangan keluarga dan sahabat terdekat. Seruan beliau sederhana namun mendalam: menyembah hanya kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala.
Tiga tahun pertama, Rasulullah berdakwah secara rahasia. Tokoh-tokoh awal seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah menjadi pelopor dakwah Islam. Setelah itu, Allah memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terbuka. Firman Allah SWT:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”
(QS. Al-Hijr: 94)
Sejak saat itu, penentangan dari kaum Quraisy mulai muncul. Mereka menolak ajaran tauhid karena dianggap mengancam tradisi penyembahan berhala dan kepentingan ekonomi mereka. Rasulullah dan para sahabat menghadapi hinaan, ancaman, bahkan siksaan fisik. Namun, beliau tetap sabar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Tekanan dan Tantangan di Mekah
Penindasan terhadap kaum Muslimin di Mekah semakin meningkat. Rasulullah ﷺ mengalami banyak ujian: kematian sang paman Abu Thalib, yang selama ini melindunginya, dan istrinya Khadijah, yang menjadi penopang spiritualnya. Tahun ini dikenal sebagai ‘Aamul Huzn (Tahun Kesedihan).
Meskipun menghadapi berbagai tekanan, Rasulullah tidak menyerah. Beliau mencari tempat baru untuk menyebarkan Islam, termasuk pergi ke Thaif. Namun, di sana beliau justru dilempari batu hingga terluka. Dalam doanya yang terkenal, Rasulullah tidak mengeluh kepada manusia, melainkan memohon kekuatan kepada Allah SWT:
“Ya Allah, kepada-Mulah aku mengadu kelemahan kekuatanku, sedikitnya upayaku, dan kehinaanku di hadapan manusia…”
Doa ini menunjukkan betapa dalamnya kesabaran dan tawakal beliau kepada Allah.
Hijrah ke Madinah: Titik Balik Dakwah Islam
Puncak perjuangan di Mekah membawa Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya pada perintah hijrah. Hijrah bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan langkah strategis untuk menyelamatkan iman dan membangun masyarakat Islam yang kokoh.
Rasulullah bersama sahabat setianya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, menempuh perjalanan penuh bahaya menuju Madinah. Dalam persembunyiannya di Gua Tsur, Abu Bakar merasa cemas, namun Rasulullah menenangkannya dengan kata-kata penuh iman:
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS. At-Taubah: 40)
Kata-kata ini menjadi simbol keteguhan hati dan keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu dekat bagi mereka yang berjuang di jalan-Nya.
Madinah: Membangun Masyarakat Islam yang Kokoh
Sesampainya di Madinah, Rasulullah ﷺ tidak hanya menjadi nabi, tetapi juga pemimpin negara. Langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun Masjid Nabawi, pusat ibadah sekaligus tempat pendidikan dan musyawarah umat.
Beliau juga mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang dari Mekah) dan Anshar (penduduk Madinah) dalam ikatan ukhuwah Islamiyah yang kuat. Persaudaraan ini menjadi fondasi sosial yang kokoh bagi masyarakat Islam.
Selain itu, Rasulullah menyusun Piagam Madinah, konstitusi tertulis pertama di dunia yang mengatur hubungan antarumat beragama, hak dan kewajiban warga, serta menjaga kedamaian bersama. Ini menunjukkan bahwa Islam bukan hanya agama ritual, tetapi juga sistem sosial dan politik yang adil.
Dakwah dan Perluasan Islam di Madinah
Di Madinah, Islam berkembang pesat. Rasulullah ﷺ berhasil mengatur pemerintahan, menegakkan keadilan, dan mempersatukan berbagai suku yang sebelumnya sering berperang. Melalui perang-perang defensif seperti Badar, Uhud, dan Khandaq, beliau menunjukkan strategi, kesabaran, dan moral tinggi dalam berperang.
Kemenangan Islam tidak hanya diraih dengan pedang, tetapi dengan akhlak. Banyak suku Arab masuk Islam karena menyaksikan kejujuran, amanah, dan kasih sayang Rasulullah. Hingga akhirnya, pada tahun ke-8 Hijriyah, Mekah ditaklukkan secara damai dalam Fathu Makkah. Rasulullah memasuki kota kelahirannya dengan penuh kerendahan hati, tanpa dendam, seraya berkata:
“Pergilah, kalian bebas.”
Kesimpulan
Perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ dari Mekah hingga Madinah merupakan kisah perjuangan yang sarat dengan hikmah. Dari fase penolakan hingga kemenangan, Rasulullah menunjukkan keteladanan dalam kesabaran, strategi, dan kasih sayang.
Beliau tidak hanya menyebarkan ajaran tauhid, tetapi juga membangun tatanan masyarakat yang berlandaskan keadilan, persaudaraan, dan ketakwaan. Semangat dakwah Rasulullah harus menjadi inspirasi bagi umat Islam masa kini untuk terus menegakkan kebenaran, menyebarkan kebaikan, dan menjaga persatuan di tengah tantangan zaman.






